Nusavoice- Serangan Isreal ke Palestina sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 36 ribu warga sipil dan merusak hampir seluruh rumah dan bangunan. Gelombang pengungsi meningkat lantaran tak ada tempat untuk berlindung dari serangan tersebut.
Tak hanya bangunan dan rumah, bahkan Israel juga meluluhlantahkan rumah sakit dan sekolah dengan dalih sebagai tempat persembunyian Militan Hamas.
Padahal Konvensi Jenewa tahun 1949 dan Protokol Opsionalnya tahun 1977 perjanjian utama Hukum Humaniter Internasional menerapkan beberapa larangan saat perang, di antaranya larangan untuk menyerang warga sipil dan tempat tempat medis.
Namun, Israel mengabaikan aturan tersebut, tentara Israel terus menerus menghantam seluruh kota di Palestina dengan senjata yang dimilikinya, mulai dari Gaza, Rafah, hingga kota kota tempat para pengungsi menyelamatkan diri.
Lantas, darimanakah Israel mendapatkan senjata untuk menyerang Palestina? Berikut beberapa negara yang aktif menyupali senjata ke Israel dikutip dari berbagai sumber.
- Amerika Serikat
Pada tahun 2016, AS dan Israel menandatangani Nota Kesepahaman 10 tahun ketiga yang mencakup periode 2018-2028 yang menyediakan bantuan militer sebesar 38 miliar US Dollar, hibah sebesar $33 miliar untuk membeli peralatan militer, dan sistem pertahanan rudal sebesar $5 miliar. Israel menerima 69% bantuan militernya dari AS pada periode 2019-2023.
Israel adalah operator internasional pertama dari F-35 Joint Strike Fighter AS yaitu sebuah jet tempur paling berteknologi maju yang pernah dibuat, dan telah menerima pengiriman 36 dari 75 F-35 berdasarkan pesanan pada tahun lalu, dan membayarnya dengan bantuan AS.
AS juga telah membantu Israel mengembangkan sistem pertahanan roket jarak pendek (Iron Dome), yang dikembangkan setelah perang tahun 2006 antara Israel dan Hizbullah yang berbasis di Lebanon. Amerika Serikat telah berulang kali mengirimkan ratusan juta dolar kepada Israel untuk membantu mengisi kembali sistem rudal pencegatnya.
Washington telah membantu mendanai pengembangan sistem “David’s Sling” Israel, yang dirancang untuk menembak jatuh roket yang ditembakkan dari jarak 100 km hingga 200 km (62 mil hingga 124 mil).
- Jerman
Persetujuan ekspor pertahanan Jerman untuk Israel meningkat hampir sepuluh kali lipat menjadi 326,5 juta euro ($351 juta) pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun 2022/
Namun, sejak awal tahun 2024, ketika kritik internasional terhadap perang Israel di Gaza meningkat, pemerintah Jerman mengurangi jatah ekspor senjata perang ke Israel.
Jerman terutama memasok Israel dengan komponen untuk sistem pertahanan udara dan peralatan komunikasi. Senjata yang diekspor termasuk 3.000 senjata anti-tank portabel dan 500.000 butir amunisi untuk senjata api otomatis atau semi-otomatis. Jerman memberikan sekitar 30% bantuan militer Israel pada 2019-2023, menurut angka SIPRI.
- Italia
Pada bulan Desember 2023, Italia mengirimkan senjata senilai 1,3 juta euro ke Israel, tiga kali lipat dibandingkan jumlah pada bulan yang sama pada tahun 2022. Italia menyediakan 0,9% senjata impor Israel pada tahun 2019-2023, menurut laporan SIPRI, yang dilaporkan termasuk helikopter dan artileri angkatan laut.
Pada bulan Maret, Menteri Pertahanan Guido Crosetto mengatakan Italia terus mengekspor senjata ke Israel tetapi hanya perintah yang ditandatangani sebelumnya yang dihormati setelah dilakukan pemeriksaan untuk memastikan persenjataan tersebut tidak digunakan terhadap warga sipil Gaza.
Namun, pada tanggal 9 Mei bahwa Italia telah menghentikan persetujuan ekspor baru sejak dimulainya perang Gaza. “Semuanya terhenti. Dan pesanan terakhir dikirimkan pada bulan November,” kata sumber Sumber Kementerian Luar Negeri t kepada Reuters.
Berdasarkan hukum Italia, ekspor senjata dilarang ke negara-negara yang melancarkan perang dan negara-negara yang dianggap melanggar hak asasi manusia internasional.
- Inggris
Inggris bukanlah salah satu pemasok terbesar Israel. Berbeda dengan AS, pemerintah Inggris tidak memberikan senjata secara langsung kepada Israel namun memberikan lisensi kepada perusahaan-perusahaan untuk menjual – sering kali komponen-komponen senjata ke dalam rantai pasokan AS, seperti untuk jet F-35.
Tahun lalu, Inggris memberikan izin ekspor untuk menjual setidaknya 42 juta pound ($52,5 juta) peralatan pertahanan ke Israel – terutama amunisi, kendaraan udara tak berawak, amunisi senjata ringan dan komponen untuk pesawat terbang, helikopter, dan senapan serbu.
Perdana Menteri Rishi Sunak mengatakan kepada parlemen mengatakan bahwa Inggris menjalankan salah satu rezim kontrol perizinan yang paling ketat di dunia dan secara berkala meninjau saran mengenai komitmen Israel terhadap hukum kemanusiaan. “Soal izin ekspor, berdasarkan penilaian terkini, tidak ada perubahan,” ujarnya.
Beberapa partai oposisi sayap kiri Inggris telah meminta pemerintah untuk mencabut izin ekspor karena tingginya angka kematian di Gaza, dan menerbitkan pendapat hukum (legal Advice) yang digunakan untuk mencapai penilaian bahwa ekspor senjata dapat dilanjutkan.