Mataram– Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Kota Mataram menggelar Diskusi Publik Coffee Tolerance dengan tema ” Merawat Toleransi umat beragama di NTB untuk NKRI dan Referensi Dunia”. Selasa, 25 Oktober 2022.
Ketua Cabang PMII Kota Mataram, Wahyudin Safari mengatakan bahwa,” Bagi kami toleransi dan kerukunan bukan hanya keniscayaan, melainkan juga kemutlakan. Bangsa yang dipadati berbagai agama, budaya, etnik, dan bahasa. Merawat toleransi tidak lebih mudah jika dibandingkan dengan membangun toleransi”, Katanya.
Ia juga membahkan, Merawat toleransi ialah suatu seni yang memerlukan tangan-tangan terampil dari Aktivis mahasiswa selaku agent of change and agent of control ditengah masyarakat.
Sekretaris PWNU NTB, H.L. Aksar Ansori menjelaskan, “Toleransi itu jangan sekedar didiskusikan namun diaktualisasi di kehidupan sosial, kemudian dipelihara dan dijaga”, Ungkap Lalu Aksar.
Aksar juga menambahka bahwa Nilai toleransi itu harus selalu ada disetiap individual, bicara toleransi itu berarti kita berbicara cinta karena kalau seorang diganggu masalah cinta maka akan mucul masalah. Maka satu-satunya jawaban untuk merawat keberagaman adalah tetap menjunjung tinggi rasa cinta.
Perwakilan FKBU NTB, Dr. Muhammad Zuhdi Zuhdi, MA, Menegaskan Sikap toleransi sesuatu yang niscaya bagaimana umat, memotret Indonesia ini di NTB, ” Perbedaan adalah suatu keniscayaan, jangan sekali-kali kalian merusak apapun yang ada dibumi, karena semua makhluk memiliki hak yang sama di hadapan Tuhan, kita tahu bahwa banyak negara-negarayang runtuh hanya karena tidak menjunjung tinggi toleransi”. Ungkapnya
Sebagai sesama manusia tidak boleh mendominasi, agitasi diluar dari kompetensi kewenangan. Harapannya semua peserta dialog untuk tetap menjaga kerukunan ini dan penting untuk terus mengkawal semua sikap toleransi antar uat beragama, kita ini adalah pewaris negeri ini.Merawat keberagaman ini adalah salah satu cara untuk selalu menjaga stabilitas NKRI. Tegasnya.
Akademisi UIN Mataram, Bahwan Al-Ghazali memaparkan, Toleransi keagamaan itu mencakup masalah keyakinan yang melekat dalam diriseorang yang berhubungan dengan akidah, dan kita harus memberikan kebebasan untuk memilih keyakinan masing dan harus selalu memeberi penghormatan sesuai dengan haknya memilih keyakinan masing-masing.
“Provinsi NTB sudah dimandatkan sebagai daerah yang memiliki tingkat toleransi yang sangat tinggi, seperti contoh di Bima dimana masyarakatnya hidup satu atap diantara 3 agama , Kabupaten Lombok Utara dimana antara Hindu dan Islam sangat semangat bergotong royong. Dan ini adalah wujud toleransi yang harus diapresisasi oleh pemerintah. Dan kami mampu menjaga stabilitas daerah semakin dengan konsep toleransi ini”.
Indonesia adalah negara plural yang memiliki masyarakat yang multikultural, memiliki hak kebebasan beragama dan juga budaya, ras, dan lain-lain. Pungkasnya.
Hadir dalam acara tersebut,Sekretatis PWNU NTB H. Lalu Aksar Ansori, FKUB Provinsi NTB diwakili oleh Dr. Muhammad Harfin Zuhdi, Akademisi UIN Mataram Bahwan Al-Ghazali, OKP Cipayung Plus Kota Mataram dan Kader PMII Se Kota Mataram.