Nusavoice- Ribuan orang telah berkumpul di luar Knesset, parlemen Israel dan berbaris menuju ke rumah pribadi Netanyahu di kota tersebut pada Senin sore 17/6.
Dikutip dari TRT, para pengunjuk rasa berjalan sambil membawa poster-poster yang mengkritik cara Netanyahu menangani isu-isu penting, seperti mempromosikan rancangan undang-undang militer mengecualikan orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks dari wajib militer, serta cara Netanyahu menangani perang Gaza dan berperang dengan Hizbullah Lebanon.
“Proses penyembuhan bagi negara Israel dimulai di sini. Setelah pekan lalu, ketika Benny Gantz dan Eisenkot meninggalkan koalisi, kami melanjutkan proses ini, dan mudah-mudahan pemerintah ini segera mengundurkan diri,” kata salah satu pengunjuk rasa, Oren Shvill.
Pengunjuk rasa anti-pemerintah ini juga menyerukan pemilihan umum baru dalam upaya menggantikan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang saat ini menduduki salah satu koalisi paling sayap kanan dalam sejarah Israel.
Menurut mereka, agenda garis keras Netanyahu disebut telah membawa keretakan besar dalam masyarakat Israel bahkan sebelum perang Israel yang berlangsung di Gaza pada tanggal 7 Oktober.
dikutip dari haaretz.com, Kalanit Sharon, seorang aktivis dari kelompok protes Pink Front, menyatakan bahwa “Dalam rezim fasis, pemerintah berusaha membuat warganya merasa putus asa. Orang yang putus asa tidak akan melawan, orang yang putus asa tidak akan bertahan.” kata dia.
Sementara itu Ketua Partai Buruh, Yair Golan, berbicara dalam protes tersebut, menyerukan kepada para demonstran pro-demokrasi di Israel untuk tidak berputus asa meskipun pemerintah saat ini masih berkuasa. “Siapa yang mencoba menebarkan keputusasaan dan mengatakan bahwa menggulingkan pemerintahan ini tidak mungkin? Kami akan berhasil dan bagaimanapun caranya, kami akan menggulingkan pemerintahan ini. Kami tidak akan putus asa, kami tidak akan pernah menyerah,” teriak Golan.
Tiga orang demonstran terluka dan setidaknya delapan orang ditangkap ketika polisi bentrok dengan pengunjuk rasa di luar rumah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.