Lombok Timur.Lombok Fokus – Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Bencana (DP3AKB) Kabupaten Lombok Timur (Lotim) gelar Orientasi Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) yang diadakan di Rupatama II Kantor Bupati pada Senin, 27 Mei 2024.
Dimana pada giat tersebut, DPR3AKB melibatkan beberapa unsur dalam pelaksanaan Dashat tersebut seperti melibatkan Kepala Desa 1 Orang, Tim Penggerak PKK 1 Orang, Pengelola DASHAT 9 Orang, POKJA Kampung KB 6 Orang, PKB 1 Orang, Petugas Gizi Puskesmas 1 Orang.
Menghadiri acara tersebut, kepala DP3AKB Lotim H. Ahmat, menyampaikan pentingnya atasi stunting sejak dini, mulai dari sejak proses sebelum menikah calon pengantin (catin) harus mengantongi sertifikat elsimil yang bertujuan untuk memastikan calon pengantin merupakan pasangan yang sehat dan siap hamil.
“Berbagai macam cara sudah kami lakukan guna memerangi Stunting ini, mulai dari memperhatikan para catin agar mereka siap menikah, hingga anak mereka sampai anak mereka lahir,” terang H. Ahmat.
“Tidak berhenti pemantauan bayi mereka, namun kami tetap melakukan berbagai upaya agar anak tidak Stunting, seperti yang kita lakukan hari ini yakni mempersiapkan makanan sehat di dapur untuk anggota keluarga,” lanjut H. Ahmat.
Desa atau kelurahan dalam program Dashat ini ikut bergera kaktif melalui kelompok-kelompok yang ada,” Didesa yang terlibat adalah ibuk-ibuk PKK, kader, PPKBD/ Sub-PPKBD tidak lupa dari Nakes dari PKM setempat dan juga para mahasiswa magang,” jelasnya.
Sementara pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten kota selain berfungsi sebagai regulator dan fasilitator, juga berperan dalam melakukan edukasi, pendampingan dan pembinaan teknis melalui dinas terkait dan para petugasnya yang berada di tingkat desa.
“Salahsatunya adalah peran mahasiswa, dimana mereka diharapkan berperan aktif dalam mensosialisasikan perogram Dashat pada kampung KP tersebut,” tutup H. Ahmat.
Sementara itu, Wahyuni Kunayati Kasi Gizi Dinas Kesehatan Lotim saat menjadi narasumber menyampaikan, ibu hamil harus mempunyai status gizi yang baik dan mengonsumsi makanan yang beranekaragam baik proporsi maupun jumlahnya.
“Bagi para bumil sebisa mungkin mendapatkan gizi terbaik selama masa kehamilan, karena itu sangat membantu perkembangan janin,” kata Wahyuni.
“Kita di Indonesia kasus yang paling banyak adalah bumil yang menderita anemia, yang tentu itu disebabkan oleh pola makannya yang jauh dibawah kebutuhan dirinya dan bayinya sendiri,” lannutnya.
Selain itu kondisi ini dapat diperburuk oleh beban kerja ibu hamil yang biasanya sama atau lebih berat dibandingkan dengan sebelum hamil.
“Akibatnya, bayi tidak mendapatkan zat gizi yang dibutuhkan, sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya,” tutup Wahyuni.