MATARAM – Manajemen Lombok Football Club (LFC) mengundang para legenda sepakbola NTB untuk urun rembuk bagi kemajuan klub profesional di NTB dan untuk kemajuan industri sepakbola Lombok dan Bumi Gora. Presiden LFC, H. Bambang Kristiono, SE (HBK) hadir langsung dalam silaturahmi tersebut.
“Manajemen LFC ingin mendapatkan saran, masukan berkaitan dengan persepakbolaan NTB. Secara khusus terkait kiprah klub sepakbola profesional LFC di masa mendatang,” kata HBK yang mengawali sambutannya dengan ucapan terima kasih.
Silaturahmi berlangsung di salah satu hotel di Mataram, Sabtu (18/12) malam. Di hadapan para legenda sepakbola Bumi Gora tersebut, HBK memaparkan secara singkat sejarah lahirnya LFC. Klub ini hanya dipersiapkan dalam waktu tiga bulan. Namun, dengan persiapan yang begitu mepet, tapi LFC sudah mampu berbicara banyak di ajang Liga 3 NTB yang saat ini masih bergulir.
Saat ini, LFC kata HBK, berada pada posisi empat di klasemen sementara. Dia menyebut, secara teknis, perjalanan LFC di Liga 3 mulai terjal setelah kalah oleh PS Mataram. Kala itu, LFC tidak mampu mempertahankan keunggulan, banyak membuang peluang, dan akhirnya harus takluk dengan skor tipis oleh gol di injury time.
Apapun hasilnya, HBK menekankan, dirinya sangat bangga pada seluruh pemain, pelatih, dan manajemen LFC. Seperti yang sudah disampaikannya berkali-kali. Apa pun posisi LFC di klasemen akhir Liga 3 tahun ini, tak akan mengubah kebanggaanya pada klub. Manakala LFC tidak lolos ke puratarn nasional Liga 3, LFC akan menggunakan seluruh sumber daya dan finansial yang dimilikinya untuk menyiapkan infrastruktur dan fasilitas klub. Juga akan digunakan untuk menyejahterakan para pemain.
HBK yang kini menjabat Wakil Ketua Komisi I DPR RI ini juga menceritakan alasannya membangun klub sepakbola profesional di NTB. Politisi Partai Gerindra ini memiliki mimpi besar untuk persepakbolaan NTB. Dia ingin ada klub di NTB yang tidak hanya jago kandang. Namun, mampu bertarung di level nasional.
“Saya ingin ada klub NTB yang jagonya hanya di kandang. Tapi begitu bertanding ke luar NTB, terus kena pembantaian lawan. Atau menyerah kalah karena nggak sanggup melanjutkan perjuangan,” kata HBK.
Alasan kedua, NTB ini dikenal sebagai daerah dengan banyak talenta-talenta muda sepakbola yang handal. Bukan hanya sekarang, tapi semenjak dulu NTB ini sudah dikenal begitu. Namun, di balik banyaknya talenta-talenta muda penuh bakat tersebut, belum ada klub dari NTB yang bisa berbicara di level atau tingkat nasional.
HBK menuturkan, bagaimana dirinya tahu, sejumlah klub ternama di tanah air, datang belanja pemain ke NTB. Ada Persisam Samarinda, Sulud United, Perseden, dan banyak yang lainnya. Bahkan ada klub papan atas tanah air yang pernah menjadi kampiun Liga Indonesia, yaitu Bali United banyak merekrut pesepakbola-pesepakbola NTB.
Karena itu, HBK ingin talenta-talenta muda dari NTB itu kemudian tidak disia-siakan. Tentunya harus dimulai dengan lahirnya klub sepakbola profesional di Bumi Gora.
HBK juga menceritakan, dirinya jenuh karena banyak masyarakat NTB yang mencurahkan energi dirinya hanya untuk bicara politik di media sosial mereka. Kepala Daerah yang baru menjabat setahun saja, sudah sibuk dibicarakan siapa-siapa penggantinya. Dia ingin, energi masyarakat tersebut, lebih diarahkan kepada hal-hal yang bersifat produktif. Salah satunya adalah mengarahkan energi tersebut untuk kemajuan industri sepakbola di NTB, karena peluang untuk mengangkat nama besar NTB lewat olahraga sepakbola itu sangatlah besar.
“Jadi, jangan ladi ada yang menilai kalau Pak HBK bikin klub ini karena mau jadi Gubernur. Itu bukan prioritas langkah politik saya,” kata HBK menegaskan, yang disambut tepuk tangan hadirin yang hadir.
Pada kesempatan yang sama, Juru Bicara LFC Rannya Agustyra Kristono mengungkapkan, jika LFC hadir untuk menyatukan seluruh elemen masyarakat yang terserak di Pulau Lombok ini, apa pun latar belakangnya. Berbeda profesi, berbeda etnis, berbeda keyakinan, seluruhnya ingin disatukan dengan memiliki kebanggaan yang sama atas kecintaan pada sepakbola dan Klub LFC.
Rannya mengaku, kiprah dirinya dalam manajemen sebuah klub sepakbola memang masih hijau. Namun, bukan berarti tidak memiliki persentuhan dengan sepakbola. Rannya selama ini tinggal di Inggris, menempuh studi di sana. Dia banyak melihat langsung praktik-praktik pengelolaan sebuah klub sepakbola kelas dunia.
Rannya bahkan menceritakan hal yang tidak banyak tahu. Kalau di keluarganya, menyukai klub sepakbola dengan pilihan yang berbeda. Bagaimana ayahandanya, HBK, yang sangat menggilai klub sepakbola Chelsea. Lalu dirinya yang gandrung pada Mancheste City, dan sang ibunda yang justru sangat mengidolakan Mancheste United.
“Jadi kalau dalam hal sepakbola, di dalam keluarga kami sendiri, dinamikanya luar biasa sekali, kita bisa argue habis-habisan untuk membela pilihan klubnya sendiri-sendiri,” ungkap Rannya sambil tertawa geli.
Dia memastikan, evaluasi internal dan eksternal secara menyeluruh akan dilakukan manajemen LFC sebagai langkah persiapan untuk menyambut kompetisi di tahun berikutnya. Dan pertemuan dengan para legenda sepakbola NTB tadi malam, adalah bagian dari evaluasi tersebut.
Tanggal 23 Desember ini, HBK juga akan pulang dulu ke Jakarta bersama Manajer Tim Nouvar Furqoni Parinduan, dan Direktur Tehnik Anang Zulkarnain untuk ketemu petinggi PSSI sambil menjajagi beberapa calon pelatih yang akan dihire LFC.
Pada kesempatan tersebut, para legenda sepakbola NTB menyampaikan apresiasi, harapan, dan kebanggaannya pada HBK yang telah membangun klub LFC di NTB. Haji Imron, salah satu legenda sepakbola NTB mengutarakan keyakinannya, bahwa jika tahun depan LFC akan keluar sebagai juara.
“Apa yang dilakukan LFC, sangat pentin kokg untuk memajukan dunia sepakbola NTB,” katanya.
Imron mengungkapkan, belum ada satu pun klub di NTB sekarang ini yang menggelar training center (TC) untuk persiapan menghadapi liga. Dia tahu hal tersebut, karena tidak semua klub memiliki kesiapan finansial. Baru-baru ini hanya LFC saja yang telah melakukannya.
Kondisi seperti ini bahkan tidak hanya terjadi sekarang, semenjak dahulupun keadaannya begitu. Dia memberi contoh misalnya, bagaimana untuk pra PON saja di era tahun 1984, Imron yang menjadi bagian dari skuad sepakbola NTB kala itu, tidak ada training center (TC) secara baik. Pemain sempat diinapkan di Wisma Nusantara, namun itupun kondisinya keluar masuk, akibat dukungan finansial yang sangat terbatas.
Karena itu, Imron menilai, apa yang dilakukan manajemen LFC sekarang, adalah hal yang sudah lama diimpikan publik sepakbola NTB. Imron yakin, berkat LFC, nantinya, Lombok dan bahkan NTB akan lebih dikenal di daerah-daerah lain, bahkan di luar negeri, juga karena industri sepakbolanya. Bukan hanya sebagai destinasi wisata belaka.
Legenda sepakbola NTB lainnya, Petrus Lexy, mengemukakan, langkah LFC yang akan menggelar training center (TC) selama enam bulan kedepan, adalah sebuah langkah jitu. Dia menegaskan, itulah yang memang harus dilakukan sebuah klub sepakbola profesional.
Petrus menjelaskan, para legenda sepakbola NTB sebetulnya sudah mengikuti antusiasme kehadiran LFC. Melihat persiapan yang telah dilakukan, banyak legenda sepakbola NTB yang terheran-heran, mengapa LFC bisa kalah dengan klub-klub yang mereka tahu sebetulnya tanpa persiapan mumpuni untuk menghadapi Liga 3 ini, sehingga muncul berbagai spekulasi. Bahwa hal tersebut ada kaitannya dengan keberadaan perangkat pertandingan dan factor-factor eksternal lainnya. Hal yang dia sebutnya sebagai tradisi turun menurun yang kurang baik bagi tumbuh berkembangnya persepakbolaan NTB. Bahkan dia menyebutnya sebagai penghambat majunya sepakbola NTB.
“Rasanya memang benar, bahwa kita memang tidak siap untuk menjadikan sepakbola ini sebagai industri. Sehingga sepakbola NTB ini banyak dikelola secara amatiran,” kata Petrus.
Namun, Petrus percaya bahwa kehadiran LFC telah memberikan harapan. Bahwa sepakbola dengan klub profesional bisa hadir dari NTB. Sehingga, apa yang dihadapi para legenda sepakbola dahulu, tidak terjadi lagi di era sekarang.
“Dulu Pak. Kita kalah itu susah. Tapi menangpun malah kita menjadi lebih susah, karena untuk lanjut ke kompetisi berikutnya, tidak ada biaya dari klub,” katanya mengenang.
Sementara itu, Sahar, legenda sepakbola NTB lainnya juga menyampaikan hal yang hampir sama. Mantan atlet sepakbola NTB yang kini berkiprah di Asosiasi ini menjelaskan bagaimana LFC telah menjadi klub yang sangat menghargai dan menghormati para pemainnya. LFC menjadi klub sepakbola NTB yang telah menggaji para pemainnya, memberikan makan gratis dengan gizi yang tinggi, bahkan kesehatannyapun sangat diperhatikan.
“Kami malang melintang di berbagai klub di NTB. Baru kali ini pemain sangat, sangat dihargai. Pemain diberi gaji dan diberikan fasilitas-fasilitas lainnya. Saya ikut terlibat di LFC U-17, saya lihat jerseynyapun Mills Apparel. Dan itu, dilakukan oleh LFC,” katanya.
Apa yang telah dilakukan oleh LFC, kata Sahar, adalah hal yang membuat seluruh khalayak bangga. Dia yakin sepenuhnya, LFC mampu berkiprah besar di ajang sepakbola nasional di fase berikutnya.
Sementara itu, hasil pertandingan kedelapan LFC pada hari Sabtu kemarin, melawan PS. Perslotim yang bertanding di tengah guyuran hujan, Lombok FC menang tipis atas Perslotim dengan skor 1-0.
“Manajemen LFC sangat berterima kasih kepada segenap pemain dan pelatih yang tetap semangat dalam menyelesaikan pertandingan sisa.
Mudah-mudahan mereka bisa konsisten mempertahankan performanya.
Tapi apapun hasil akhirnya nanti, kita sudah menyiapkan skenario-skenario berikutnya.
Yang pasti, perjuangan LFC tidak akan berhenti karena belum menjadi juara di tahun ini,” tutup Rannya pasti.