Lombok Timur.Lombok Fokus – Mengingat Angka kematian Ibu (AKI) dan Angka kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu isu penting, Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur terus berupaya menurunkannya. Upaya tersebut diantaranya dengan penemuan dini faktor risiko penyebab kematian ibu dan bayi yang ditindaklanjuti dengan penyediaan Antropometri KIT di 1.998 posyandu.
Hasilnya AKI yang semula 138/100.000 kelahiran hidup menjadi 100/100.000 kelahiran hidup di tahun 2023. Angka tersebut di bawah Target Nasional 210/100.000 Kelahiran Hidup. Sementara itu AKB juga mengalami penurunan dari 8,9/1.000 Kelahiran Hidup tahun 2022 menjadi 7,6/1.000 Kelahiran Hidup tahun 2023. Angka tersebut juga di bawah Target Nasional 18,6/1.000 Kelahiran Hidup.
Keberhasilan itu juga tidak lepas dari dukungan pengembangan layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) melalui peningkatan sarana prasarana seperti alat kesehatan, peningkatan SDM mulai dari pendidikan dan pelatihan dokter spesialis kandungan dan anak, juga Pendidikan dan pelatihan untuk Dokter Umum, Bidan dan perawat, di RSUD dr. R. Soedjono Selong.
Secara umum Pemda juga terus berupaya meningkatkan kualitas dan mutu layanan bidang kesehatan. Hal itu dapat dilihat dengan tersedianya CT-Scan dan peralatan terkait urologi, dibukanya poli pelayanan bedah Thorax dan Kardio vulmonal (BTKV) yang dilayani spesialis BTKV hingga penerapan Elektronik Medical Record (E-MR) di RSUD Soedjono Selong.
Hal itu disampaikan Direktur RSUD dr. R. Soedjono Selong Hasbi Santoso sebagai pembina pada apel gabungan seluruh OPD lingkup kabupaten Lombok Timur, Senin (19/2) di halaman Kantor Bupati.
Direktur RSUD dr. R. Soedjono Selong Hasbi Santoso mengatakan, peningkatan layanan kesehatan juga dilakukan melalui peningkatan kualitas layanan di semua Puskesmas. “Tahun lalu, semua puskesmas sudah mengikuti proses akreditasi dengan mendapatkan hasil 32 puskesmas terakreditasi paripurna dan 3 puskesmas terakreditasi utama,” jelasnya, Senin, 19 Februari 2024.
Dimana peningkatan layanan kesehatan sendiri dilakukan dengan cara penerapan integrasi pelayanan kesehatan primer (ILP) dengan Merujuk pada transformasi sistem kesehatan nasional, “maka tahun 2024 diterapkan sistem pelayanan dengan ILP mulai dari puskesmas, Pustu, dan Posyandu sehingga pelayanan kesehatan menjadi lebih kolaboratif dan komprehensif dalam memecahkan permasalahan kesehatan,” lanjutnya.
“Selain itu, Pemda juga menggunakan pendekatan guna mengurangi hambatan finansial melalui pencapaian cakupan kesehatan semesta atau Universal Health Coverage (UHC), dengan target 98%,” ucap Hasbi.
Sementara itu terkait penurunan angka stunting, berdasarkan elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) stunting di Lotim berada di angka 16,18% untuk mengejar angka 14% pada akhir tahun 2024 sesuai target nasional.
Banyak hal yang sidah dan sedang kami jalankan dalam upaya penurunan angka stunting agar tercapai 14 % salah satunya adalah dengan memaksimalkan fungsi dari Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang ada di setiap desa,” jelas H. Ahmad Kadis DP3AKB Lotim.
Untuk itu, DP3AKB mengambil peran melalui dukungan 3.063 orang TPK yang tersebar di 254 desa/kelurahan, dimana Para pendamping melaksanakan tugas pendampingan kepada keluarga risiko stunting pada sasaran remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan balita usia 0-59 bulan.
“3.063 TPK itu yang terus mengawal program Penuntasan stunting ini, mulai dari sasaran remaja hingga balita usia 0-59 bulan,” lanjutnya.
DP3AKB juga telah memformulasikan kegiatan yang disebut kelas keluarga risiko stunting (KERIS), dimana kegiatan tersebut bertujuan memberikan konseling, informasi dan edukasi kepada calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca salin dan balita 0-59 bulan.
Selain itu DP3AKB pun berupaya agar semua kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak tertangani sesuai standar 100%.