Nusavoice- “Hujan Bulan Juni” adalah sebuah puisi karya romantis dan impresif yang tak akan lekang oleh waktu melalui simbol alam sebagai sesuatu yang hidup sebagaimana dirasakan manusia.
Puisi tersebut ditulis oleh sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono pada tahun 1989 dan diterbitkan oleh Grasindo pada tahun 1994.
Isi Puisi “Hujan Bulan Juni”
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Sekilas tentang Dr. Sapardi Djoko Damono (Dilansir dari wikipedia)
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (20 Maret 1940 – 19 Juli 2020) adalah seorang pujangga berkebangsaan Indonesia terkemuka. Ia kerap dipanggil dengan singkatan namanya, SDD. Ia adalah putra pertama pasangan Sadyoko dan Saparian.
Sapardi dikenal melalui berbagai puisinya mengenai hal-hal sederhana namun penuh makna kehidupan, sehingga beberapa di antaranya sangat populer, baik di kalangan sastrawan maupun khalayak umum.
Dalam dunia kesastraan Indonesia, Sapardi kerap dipandang sebagai sastrawan angkatan 1970-an.
Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Di antaranya adalah Cultural Award (Australia, 1978), Anugerah Puisi Putra (Malaysia, 1983), SEA Write Award (Thailand, 1986), Anugerah Seni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1990), Kalyana Kretya dari Menristek RI (1996), Achmad Bakrie Award (Indonesia, 2003), Akademi Jakarta (Indonesia, 2012), Habibie Award (Indonesia, 2016), dan ASEAN Book Award (2018).
Sapardi menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri. Ia meninggal dunia pada 19 Juli 2020 di Rumah Sakit Eka BSD, Tangerang Selatan, setelah sempat dirawat karena penurunan fungsi organ tubuh.
Sang Mestro ini dimakamkan di tempat peristirahatan terakhirnya yaitu Taman Pemakaman Giritama, Tonjong, Tajurhalang, Kabupaten Bogor.